Cursed Knife - Investigation I

on 14 Desember 2012

“Aneh sekali,” gumam John McCeldon, di restoran Italia yang juga tkp pembunuhan. Pria berusia 20 tahunan ini merupakan detektif yang cukup terkemuka. “Benda tajam yang diduga sebagai alat pembunuhan tidak berada disini. Apakah ada yang mengambilnya sebelum kami datang ? Lalu siapa ?” Dia memainkan kunci mobilnya. Petugas polisi yang melihat merasa maklum. Memang begitulah kebiasaan sang detektif ketika sedang berpikir terutama dalam kasus yang tidak biasa seperti ini.
                “Apakah ada hal lain yang kalian temukan ?” tanya detektif itu kepada anak buahnya yang baru saja mendatanginya. Si anak buah mengangguk.
                “Korban wanita bernama Lucy Quentin Maradov dan yang pria bernama Gustav Loyre. Saksi, Archie Arnoldi, mengatakan bahwa dia sedang berada di dalam restoran, sedang berbincang-bincang dengan salah satu pelanggan ketika terdengar suara histeris dari dalam ruangan dan alibinya benar adanya.  Pembunuhan terjadi sekitar pukul 4 sore. Saat itu Lucy dan Gustav berada disana selama sepuluh menit. Dia tidak mengetahui hal apa yang di perbincangkan oleh mereka hingga menjadi seperti ini. Namun, sehari sebelum peristiwa, Archie mengaku hampir terbunuh oleh Lucy. Jadi di perkirakan ini merupakan peristiwa pembunuhan yang berujung bunuh diri,” terang anak buah John panjang lebar.
“Bagaimana dengan pencarian alat pembunuhannya ?”
“Kami masih mencarinya, tuan.”
“Apakah saksi menceritakan tentang dia yang hampir terbunuh kepadamu ?”
“Ya, tuan. Dia bilang saat dia keluar dari pintu belakang, dia bertemu Lucy yang termenung di dekat sana dengan pisau di tangannya. Saat dia meminta pisau itu dari Lucy, tiba-tiba Lucy melemparkan pisau itu kepadanya.” Detektif itu manggut-manggut lalu melanjutkan pemikirannya lagi.
                “Sang saksi patut dicurigai atas hilangnya alat pembunuhannya,” gumamnya lagi. “Seandainya saja dia tidak mempunyai alibi yang kuat, mungkin aku akan menjadikannya sebagai tersangka utama. Jika aku menjadi Gustav, maka aku mengajak bicara Lucy hanya tentang satu hal, yaitu kasus hampir terbunuhnya Archie. Ya, pasti itulah yang mereka bicarakan. Tapi aku pasti tidak akan memakan waktu sepuluh menit untuk membicarakan masalah itu. Paling tidak, lima menit selesai lalu aku akan melaporkannya kepada polisi. Tunggu dulu... Berarti ada sesuatu yang mencegahnya menelepon polisi. Jika aku adalah Gustav, maka satu hal yang bisa menghentikanku hanyalah tentang pisau itu. Entah kenapa, perasaanku mengatakan bahwa pisau itulah yang salah...”

Original Created By : AFRP

Cursed Knife - First Victim : Lucy Part 2


Lucy berjalan kebingungan atas kejadian kemarin. Sekarang, dia akan menyusuri daerah yang biasa digunakannya untuk ke tempat kerjanya. Kali ini dia berselisih dengan seorang gadis yang berpakaian serba tertutup walau cuaca hari ini sangatlah panas. Mungkin sanggup membentuk sebuah danau jika keringat setiap orang dikumpulkan akibat cuaca ini.
Pisau yang didapatnya kemarin, dibawanya juga ke restoran. Alat pemotong itu berada dalam tas sandang yang selalu berada dalam genggamannya setiap ia berpergian keluar. Lucy menemukan sesuatu yang harus ditunjukkannya kepada bos tentang pisau itu.
                “Archie,” panggilnya kepada karyawan terbaik di restoran itu. Kalau dia terlihat senang melihat Archie, maka Archie sebaliknya. Dia serasa ingin melarikan diri sejauh mungkin dari Lucy. Sepertinya karena trauma akibat kejadian tadi malam.
                “Kau kenapa Archie ?” tanya Lucy penuh perhatian. Dia mengetahui perubahan tidak wajar dalam ekspresi Archie ketika melihatnya. Lelaki itu menggeleng pelan sebelum berlari kencang ke dapur.
                “Gawat, bos,” bisik Archie di hadapan bosnya itu. “Lucy benar-benar kembali kesini.” Gustav Loyre tersenyum kecil. Bukannya menemui Lucy, dia malah memasuki ruangannya.
                “Kenapa kau melarikan diri dariku Archie ?” tanya Lucy yang entah sejak kapan berada di samping Archie. Refleks, dia mundur beberapa langkah. “Kau kenapa sih ?” tanya Lucy lagi. Pertanyaan itu semakin menambah langkah mundur Archie.
                “Sudahlah.” Lucy pasrah meminta jawaban dari Archie. “Bos dimana ?” Yang ditanya menunjuk ruangan yang bertuliskan ‘Owner, Gustav Loyre’ di depan pintunya. Karena menjunjung tinggi sopan santun, Lucy mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan itu.
                “Hai, Lucy,” sapa Gustav Loyre. “Bagaimana kabarmu ? Apakah kau lebih baikan ?”
                “Lebih baikan ? Aku selalu baik, bos,” bantah Lucy yang telah duduk berhadapan dengan bosnya.
                “Begitukah ? Lalu bagaimana dengan kamu yang melempar pisau ke arah Archie kemarin ?”
                “Aku ? Melempar pisau ? Jangan bercanda, bos.”
                “Kalau aku bercanda, bagaimana kau menjelaskan pisau yang tiba-tiba tertancap di dinding dekat pintu ?”
                “Aku...tidak...Aku...tidak ingat melakukan hal tersebut.”
                “Baiklah. Bila kau tidak mau mengaku, berikan pisau itu padaku agar aku berikan pada polisi.”
                “Aku memang akan memberikan pisau ini padamu, bos.” Lucy mengeluarkan pisau dari tas sandangnya. Gustav mengambilnya lalu memperhatikan detil demi detil yang ada.
                “Asal kau tau, ganggangnya terbuat dari emas putih,” ucap Lucy. Gustav kembali meneliti bagian ganggangnya lebih cermat.
                “Aku kira ini terbuat dari aluminium tapi sepertinya kau benar, Lucy.” Gustav mengelus-ngelus ganggang pisau itu. “Ngomong-ngomong, darimana kau mendapat pisau ini ?”
                “Aku tidak ingat, bos,” jawab Lucy lirih. “Aku dicegat seorang kakek-kakek lalu tiba-tiba bos dan Archie sudah berada di pintu belakang.”
                Pisau yang diletakkan Gustav sembilan detik lalu, disambar Lucy karena rasa penasaran yang tak terelakkan lagi. Tiba-tiba saja, kesadarannya hilang kembali.
                Setelah sadar, dia melihat pemandangan mengerikan. Gustav tergeletak tak berdaya di lantai. Darah merembes dari lengan, dan dadanya. Tubuh Lucy juga penuh darah. Dia menjerit histeris. Tetapi, itu tidak sampai berlangsung sedetik. Karena pisau itu menggerakkan tangannya dan menusuk dadanya.
**
Aku menatap garis kuning yang melingkari restoran Italia di depanku itu. Petugas polisi masih berkeliaran di sekitarnya. Penduduk lokal juga masih berkerumun, ingin melihat tempat pembunuhan oleh pisau itu.

Original Created By : AFRP

Cursed Knife - First Victim : Lucy Part 1


Seorang gadis berlari keluar dari pintu belakang restoran Italia yang terkenal akan spagetinya itu. Bagaimana tidak ? Di tengah banyaknya pesanan, pemilik restoran, Gustav Loyre, malah memerintah gadis itu pergi membeli pisau dapur yang tajam, berhubung pisau dapur di restoran telah kehilangan ketajamannya.
Kakek-kakek yang berdiri di dekat sana, mencegat tangan gadis itu. Dia terperangah karena tidak menyangka akan dicegat seseorang.
                “Ada yang bisa saya bantu, kek ?” tanyanya basa-basi. Kakek itu tidak menjawab. “Kalau tidak ada urusan, boleh kakek lepaskan tangan saya ?” Karena masih tidak ada respon, gadis itu menarik tangannya kuat-kuat dari genggaman si kakek yang cukup kuat. Berhasil, walau hasilnya adalah beberapa goresan akibat kuku si kakek yang panjang.
                “Lucy Quentin Maradov,” seru kakek itu. GLEK !
                Bagaiman si kakek bisa tau nama lengkapku ?, tanyanya dalam hati. Dia membalikkan badannya menghadap si kakek lagi. Jantungnya bergemuruh ketakutan.
                “Kau membutuhkan pisau, bukan ?” tanya si kakek dengan suara seraknya. Lucy mengangguk.
                Bagaimana si kakek juga tau apa yang aku butuhkan ?, tanyanya lagi dalam hati. Jantungnya semakin gelisah. Ketakutan menyebar hingga ke setiap mili tubuhnya. Mentalnya sudah siap jika si kakek tiba-tiba akan meramalnya. Namun, dia cuma bisa melongo karena si kakek memberikan sebuah pisau padanya.
                “Ini pisau yang kau butuhkan,” kata kakek itu yang langsung meletakkan pisaunya dalam genggaman tangan Lucy. Lucy yang bengong tidak dapat menolak pemberian si kakek. Saat dia tersadar sedetik kemudian, si kakek telah lenyap dari pandangannya.
                “Lucy, apakah kau telah mendapatkan pisau yang diminta oleh bos ?” tanya koki unggulan kami, selain bos tentunya, bernama Archie, yang sepertinya terperangah melihat Lucy berada disana. Kekagetan Lucy yang belum hilang sepenuhnya, menyebabkannya menjadi sedikit linglung. Bukannya menjawab pertanyaan Archie, dia malah melempar pisau itu kepada koki itu. Jelas saja Archie berteriak kaget. Bagaimanapun yang dilempar Lucy yaitu sebuah benda tajam yang dapat membunuhnya jika dia tidak mengelak dari lemparan tersebut.
                “Apa yang terjadi ?” seru suara dari dalam dapur. Archie segera bersembunyi di belakang bos yang baru saja datang. Ya, suara itu milik bos restoran ini. Bos melihat Archie menunjuk-nunjuk Lucy dan pisau yang tertancap di dinding dekat pintu. Bos menatap Lucy yang balas menatapnya dengan pandangan kosong.
                “Lucy, apa yang kau lakukan pada karyawan terbaikku ?” bentaknya ganas. Bentakan itu berhasil menyadarkan Lucy kembali.
                “Loh ? Bos ?” Itulah kata-kata pertama yang diucapkan Lucy sesaat setelah tersadar. “Loh ? Ada Archie juga ? Kenapa kau bersembunyi di belakang bos ?” tanyanya heran.
                Bos dan Archie juga saling berpandangan heran. Seharusnya merekalah yang menuntut jawaban dari Lucy, bukan sebaliknya.
                “Lucy, bawa pisau itu dan pulanglah,” perintah bos dengan nada kau-harus-menuruti-perintahku. Lucy yang masih terheran-heran mengambil pisau itu dan berjalan pulang meninggalkan seorang koki dan seorang bos yang berdiskusi pelan tentangnya.

Original Created By : AFRP

Cursed Knife - Prolog


Aku mendengarkan musik dengan headphone yang terpasang pada kedua sisi telingaku. Hari ini aku sangat bahagia karena baru saja jadian dengan seseorang yang telah lama aku sukai. Namun, kebahagianku tidak berlangsung lama.

“KYAAA !! “ teriakku histeris. Pisau yang aku pakai untuk memasak tiba-tiba melayang mendekatiku. Bukannya aku tidak suka film horror, tapi kejadian ini benar-benar sulit untuk aku percaya. Serius, ini sih horror banget !!

Aku mencoba berlari menjauhi pisau itu. Tetapi, pisau itu malah berhasil memojokkanku. Pasrah. Cuma itulah yang bisa dilakukan saat ini.

  “AARGH !”

 Pisau itu menusuk perutku. Darah mengalir deras dari mulutku. Aku mengerang kesakitan sekuat-kuatnya. Hingga aku kehabisan tenaga. Kira-kira lima menit setelah penusukan itu, seseorang memasuki rumah dan mengambil pisau yang tertancap di perutku itu dan segera meninggalkan aku yang berpura-pura mati.

Original Created By : AFRP